Salah satu tujuan terbesar yang dimiliki oleh setiap individu adalah menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Terutama bagi orang-orang terdekat seperti keluarga. Ayah, Ibu, Adik, dan Kakak, mereka menjadi sosok penting yang seolah patut kita bagikan sedikit banyak dari kebahagiaan yang telah maupun sedang dapatkan. Hal itu supaya berkah dan menjadi bakti atas pengorbanan yang telah diberikan.
Pengorbanan orang tua selama membesarkan seorang anak, tentu tidaklah sedikit dan mudah untuk dilakukan. Oleh karena itu, bagi mereka yang senang hitung-hitungan, maka ketika dewasa, hal tersebut terkadang dijadikan kasbon yang harus dilunasi oleh anak. Memang tidak salah, tapi bukan berarti harus diwajibkan bagi seorang anak untuk membalas budi dan pengorbanan orang tua.
Perlu disadari bahwa lahirnya seorang manusia baru atau anak dalam keluarga tentu bukanlah keputusannya seorang diri. Anak tidak bisa memilih akan lahir dalam keluarga dengan situasi apa dan bagaimana. Maka dari itu, sudah sepatutnya orang tua merawat mereka tanpa menekankan investasi biaya hidup ketika anak sudah dewasa. Berhenti mengikat anak dalam lingkaran sandwich generation. Menurut data dari Survey Litbang Kompas pada tahun 2022, jumlah generasi sandwich di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun dan menyentuh angka 67%. Apabila angka tersebut dikonversi dalam proporsi usia produktif rakyat Indonesia, maka berjumlah sekitar 56 juta orang. Betapa hal ini menyayat hati.
Lewat buku ini, kami bersama para Penulis yang tergabung dalam buku “Buku Ini Mewakili Sandwich Generation” ingin menyampaikan lika-liku kehidupan sebagai member dari label yang kerap kali menjadi topik pembahasan di jagad maya kaula muda sekarang. Dengan buku ini, diharapkan para pembaca bisa memahami kondisi dari generasi spesial satu ini, tidak mudah menghakimi, dan memberikan rangkulan pemahaman kepada mereka supaya bisa melewati semuanya. Meyakinkan mereka semuanya, jika hidup tidak akan selalu berjalan demikian. Roda akan terus berputar walaupun tak sekencang arah roda kehidupan Rafathar dan Rayyanza. Jadi, sekali lagi, selamat membaca dan bertemu dengan banyak manusia “roti lapis” dari lapisan pulau lainnya.